Percintaan Tukang Gerobak Sayur 3

0

Bagi warno ini adalah kenikmatan yang tak terhingga yang pernah ia rasakan, karena selama ini paling-paling hanya sabun mandi, tetapi karena telah beberapa kali menonton film biru bersama-teman sesama penarik gerobak, atau pengalaman mengintip tetangga disekitar tempat ia mengontrak rumah dan karena nalurinya ia dapat menjalankan peran dengan baik.Selang beberapa saat mulailah warno menaik-turunkan tubuhnya menindih tubuh Nani, bunyi kecipak karena beradunya kelamin mereka dan dengusan nafas keduanya semakin menambah sensasi bagi mereka. 

Suasana pagi menjelang siang, dimana matahari nampak mulai meninggi semakin menambah suhu didalam petakan Nani dan sekaligus menambah gejolak birahi mereka. Memang seputar petakan Nani pada jam-jam seperti ini terasa lebih sepi, karena sebagian besar anak-anak sedang bergelut dengan kegiatan sekolah, sementara orang tua mereka yang kebanyakan para pedagang dipasar, sedang belanja barang daganganya, paling-paling hanya beberapa anak yang belum sekolah yang tinggal dirumah atau sperti nenek tadi yang memberi tahu warno bahwa Nani ada di dalam petakannya.Mas…mas..mas… ehm..ehh..ehh desahan Nani semakin tidak menentu, hal ini semakin memacu birahi warno, dari pelan kemudian sedang kemudian cepat secara berulang-ulang warno menghujamkan kelaminnya kedalam vagina Nani. 

Uhg..uhg..mba..mba..warno mulai menimpali desahan Nani diiringi dengan dengus nafasnya laksana banteng ketaton.Terasa oleh Warno bahwa Nani mengangkat tubuhnya semakin tinggi dan gerakan kepalanya kekiri dan kekanan semakin cepat ditambah lagi dengan desahannya yang semakin tidak menentu, menandakan puncak birahinya akan segera tercapai. Mas…mas..aku..aku..ahhhhhhhhh. akhirnya meletuslah lahar birahi kenikmatan Nani. Kedua tangganya menarik kencang tubuh warno agar menghimpit tubuhnya sambil menjerit perlahan menandakan kenikmatan yang tiada terkira.Sementara warno juga mulai merasakan hasratnya akan segera terpenuhi, dengan kecepatan maksimal ia mamacu menaik turunkan tubuhnya menindih tubuh Nani yang nampak tak berdaya setelah mengalami orgasme. 

Keringat mengucur deras hari tubuh hitamnya eh..eh..ehhhhh aku keluar mba…ahhhh. Tak terbayangkan nikmat yang dirasakan warno, terasa dari ujung jari kaki sambil keubun-ubun ia rasakan, sejenak ia terdiam dengan tetap menindih tubuh Nani yang juga ikut menikmati semburan sperma warno di rahimya. Nafas warno tidak menentu, seluruh tenaganya terkuran diakhir permainan tadi.Keduanya nampak terkulai lemas, setelah menikmati permainan mereka, Nani nampak terdiam sementara warno tidak tau apa yang harus ia ucapkan. 

Akhirnya keduanya tertidur dengan tubuh masih telanjang tanpa sehelai benangpun.Narni…Narni….Narni…sayup-sayup Nani mendengan seorang memanggil namanya, antara sadar dan tidak sadar sperti bermimpi. Narni…Narni….Narni kembali terdengan suara panggilan dengan logat Batak yang kental, keduanya terbangun Nani tersentak begitu juga dengan warno.Setelah berulang kali barulah Nani bangun membuka pintu petakan tempat tinggalnya, dengan pakaian sekenanya, yaitu kain jarik panjang yang biasa digunakan untuk membawa dagangannya, rupanya si Butet yang datang hendak menagih uang cicilan yang harian utang Nani kepadanya. 

Butet layaknya bank keliling dipasar tempat Nani berdagang, ia meminjamkan sejumlah uang kepada para pedangan dan dicicil setiap hari, minggu atau bulan tergantung perjanjian, jangan tanya soal besaran bunga, pasti lebih besar dari bank, tapi para pedangan lebih suka ke si Butet ketimbang ke Bank, karena prosedur mudah, cepat dan tidak perlu KTP, KK dan Slip Gaji (he..he.. pengalaman kredit di bank nih).Ia menyodorkan uang Rp. 15.000 kepada si Butet.”Siang-siang begini rupanya tidur kau” seru Butet masih dengan logat yang Batak yang kental.Nani hanya tersenyum sambil kembali menutup pintu, meninggalkan kebingunan Butet.

”Bah…malas kali kau rupanya” omel Butet.Lain hal dengan Nani, sejenak ia kembali ketempat mereka bertempur tadi, dikasur tipisnya tidak lagi ia temui warno, tetapi hanya sebuah kaos kucel dan kusut berlambang caleg masih, kemanakah gerangan warno. Belum hilang kebingungan Nani, warno muncul dari belakang lemari plastik bergambar kembang yang sudah bolong disana-sini milik Nani. Rupanya warno bersembunyi disana saat tadi si Butet datang, ia takut kalau-kalau butet melihatnya sedang berada di patakan Nani, pasti kacau urusan.Nani memandang warno yang muncul dari balik belakang lemari dengan pakaian setengah telajang dan menyadari kondisi tubuhnya yang masih tanpa mengenakan penutup kecuali jariknya. 

Barulah ia sadar akan apa yang terjadi, ia telah menghianati suami, telah menyerahkan sesuatu yang seharusnya hanya ia berikan kepada suaminya tidak kepada warno, menunduk ia sambil menangis.Sementara warno tidak tau apa yang harus dilakukan, ”maafkan aku mbak…maafkan aku, hanya itu yang keluar dari mulut warno. Nani masih saja tertunduk sambil menangis, kedua tangannya diletakkan diatas pahanya. ”Kamu nggak salah warno, aku yang salah”. Keduanya kembali terdiam.warno mencoba kembali mebangun kekakuan suasana dengan mendatangi Nani dan membelai rambutnya, lembut sekali warno melakukan itu, berulang-ulang tangannya mengusap rambut Nani, pundak dan belakang tubuh Nani yang duduk menggeloso dilantai.”aku minta maaf mba” sekali lagi warno berucap lirih.Nani menjatuhkan kepalanya didada warno sambil mengangkap kepalanya dan berucap sama seperti yang ia ucapkan tadi.

”Kita sama-sama bersalah warno” tambahnya.Seksi sekali bibir Nani saat mengucapkan itu dimata warno, ingin sekali ia mengecup bibir seksi itu, tapi ia masih ragu karena Nani masih meneteskan air mata. Sementara belaian tangan warno di kepala pundak dan belakang tubuhnya kembali mengusik birahi Nani yang memang sudah lama tidak tersentuh suaminya. Setan terus menggoda membisikkan kata-kata birahi kepada keduanya.Akhirnya warno tak tahan dengan suasana dengan yakin ia mengecup bibir Nani, apalagi ia merasakan ada reaksi di bibir dan tubuh Nani, warno semakin berani usapan pada tubuh bagian belakang belakang sampai kebelakang telinga, mau tidak mau membangkitkan kembali hasrat seksual Nani, ia sedikit beringsuk kekiri meluruskan tubuhnya hingga berhadap-hadapan dengan warno sambil tetap menerima rangsangan dari bibir warno, tangannya mulai mencari apa yang seharusnya ia lakukan, mencari sesuatu diselangkangan warno yang memang sudah kembali terbangun dan siap beraksi.Tegang dan keras serta mengkilap dibagian kepala sesaat ia mencuri pandang saat warno mengecup bibirnya. warno agak terkejut dan sedikit mengangkat pantatnya manakala tangan Nani menyentuh kelaminnya. 

Kini kecupannya tidak lagi di bibir Nani tetapi sudah kepipi kemudian turun ke leher dan sampailah pada bagian atas dada Nani, terus turun diantara dua bukit kembar milik Nani, tangan kirinya menggapai buah dada Nani sebelah kiri sementara mulutnya mengecup halus puting susu Nani sebelah kanan sambil menjilat dan mengigit secara lembut.Nani mendorong tubuhnya kemuka sementara tangan kirinya merapatkan kepala warno dan menyodor kedua payudaranya. Tenggelam wajah warno di dada Nani, sementara tangan Nani semakin keras mengenggam penis warno sambil turus menaik-turunkan tangannya mengusap dan mengocok penis warno. 

Beberapa lama aksi ini mereka lakukan, hingga akhirnya terdengar suara Nani“mas…mas…mas warno sekarang, aku nggak tahan”. Warno mendorong tubuh Nani ke kasur tipis dengan kepalanya tetap payudara Nani, yang mengikuti gerakan warno menidurinya.Penis warno yang sudah menegang maksimal sementara vagina Nani telah basah kuyup sejak tangan warno menjamahnya, mudah bagi warno memasukkan penisnya ke vagina Nani, hangat ia rasakan menjalar dibatang kelaminnya. Sejenak berhenti, kemudian maju dan mundur secara berirama warno menggenjot Nani. 

Sementara Nani begitu menikmatinya, kain jarik menutup tubuhnya tadi sudah tak tahu entah kemana, nikmat sekali ia rasakan sodokan warno dikelaminnya, terus…terus…terus…ahh..ahh, ia mendesah tak teratur.Birahi yang dibangkitkan warno melalui penis, kecupan pada bibir dan payudara serta usapan pada belakang telinga dan bisikan-bisikan mesra yang diucapkan warno membuat Nani semakin mendekati puncak kenikmatan, ahh..ahh..ahhh..aku mau ssssaampaai..terusssss, makin tidak karuan ucapan Nani. Hingga akhirnya meledaklah birahi Nani diiringi dengan semakin maksimalnya hujaman-hujaman penis warno yang juga akan sampai pada puncaknya.Ahhhhhhh ….bersamaan mereka mencapai hasrat birahinya, nafas kedua memacu tak karuan sementaram keringat mengucur dari kedua tubuh mereka, warno masih menindih tubuh Nani, ketika ia sadar bahwa ia harus segera bekerja menarik gerobak sayurnya, sementara Nani juga tersadar bahwa ia harus segera kelapak dagangnya. 

Akhirnya waktu menghentikan pertempuran mereka sebelum keluar dari petakan Nani, warno masih sembat mengecup bibir dan mengusap payudara Nani. Sementara Nani tersenyum sambil memegang kedua payudaranya menyuguhkan kepada warno seakan menantang.Sejak kejadian itu mereka, beberapa kali kembali mengulanginya setiap ada kesempatan, kadang di petakan Nani, kadang ditempat warno, bahkan mereka pernah melakukannya di rel kereta api belakang pasar tengan tetap berpakaian.Pernah suatu ketika hasrat Nani begitu menggebu, kebetulan pasar sudah mulai sepi karena sudah jam 1 dini hari, ia mengirim pesan pendek kepada warno untuk segera menjumpainya ditempat ”biasa

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,”

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)