Percintaan Tukang Gerobak Sayur

0

Adalah warno seorang pria lajang asli banyumas yang berprofesi sebagai seorang penarik gerobak sayur disebuah pasar tradisional dibilangan jakarta selatan. Berperawakan sedang ukuran rata-rata, tinggi tidak, pendek tidak, jelek nggak, cakeppun ngga, kulit sawo matang cenderung hitam agak berminyak, karena profesi sebagai penarik gerobak postur tubuh menjadi ideal tanpa fitness, maklum seorang penarik gerobak lebih banyak menggunakan otot ketimbang otak, sehingga secara tidak sengaja otot akan terbangun dengan sendirinya.

Jam kerja warno jam 3 sore hingga jam 12 malam melayani para pedagang-pedagang pasar membawa barang dagangan atau pembeli membawa pulang barang belanjaan. Dari sekian banyak langganan warno ada seorang pedagang sayuran dan bumbu dapur bernama Nani yang begitu dekat dengan warno karena kebetulan pangkalan gerobak warno berada didepan counter atau tepatnya lapak dagangan mbok Nani. Hubungan bisnis mereka tergolong dekat sampai-sampai pembayaran ongkos gerobak dibayar bulan oleh mbok Nani.

Mbok Nani berasal dari salah satu desa di indramayu, kulitnya hitam berwajah manis, dengan tinggi sedang tetapi memiliki sepasang buahdada ideal yang sering membuat mas warno melihat dengan sudut matanya, ukuran cukup mantap sekitar 34 atau 35. Telah bersuami bernama mas Tarsica yang tinggal dikampung mengurus sawah dan bebek hasil berjualan Nani di kota. 

Nani pun menyadari kalau warno sering melirik kepadanya, tetapi dia tidak begitu memperdulikan bahkan cenderung semakin berani mengekspos bagian-bagian tubuhnya yang dapat mengundang hasrat birahi warno, malah kadang tatapan warno dan Nani seringkali bertemu yang akhirnya mereka saling senyum tanpa mengerti arti kejadian tersebut.Pada suatu pagi warno mendapat telpon dari pamannya di kampung yang mengabarkan bahwa bude Sakem membutuhkan biaya untuk berobat karena sakit. Bude Sakem adalah orang yang membesarkan warno ketika dia ditinggal oleh orang tuanya transmigrasi ke Lampung. 

Warno memang dekat dengan budenya yang satunya ini karena ia ingin membalas jasa budenya. Warno bingung karena saat ini ia tidak memiliki uang. Uang dikantong hanya cukup untuk makan nanti siang. 

Dalam kebingunganya warno teringat relasinya dipasar yah Nani, ia akan mencoba meminjam uang kepadanya, atau paling tidak ia mencoba meminta bayaran gerobak dimuka sehingga ia dapat segera mengirim uang tersebut ke budenya yang sedang sakit di kampung. Bergegas ia menuju rumah petakan Nani yang terletak di belakang pasar tempat ia berdagang. 

Kontrakan Nani merupakan rumah petakan kumuh terbuat dari tripleks dan dicat apa adanya, rapat dan berhimpatan satu dengan lainnya. Petakan ini memang kebanyakan dihuni oleh sesama pedagang dipasar.Tidak berapa lama warno tiba dipetakan Nani, suasana petakan sepi karena jam segini sekitar jam 9 sampai jam 11 kebanyakan penghuni pergi ke pasar induk kramat jati untuk membeli barang dagangan. warno sedikit cemas, jangan-jangan Nani juga pergi belanja ke pasar induk. 

Dengan ragu-ragu warno mencoba mengetuk pintu petakan Nani, sepi tidak terdengar jawaban, kembali warno menjadi ragu apakah Nani ada di petakan. Ia kembali mencoba mengetuk pintu, tidak juga ada jawaban, ketika warno mulai merasa putus asa, terdengar suara penghuni sebelah petakan, seorang nenek tua, ibu dari seorang pedagang di pasar yang juga warno kenal mengatakan bahwa Nani sedang mandi di MCK dekat musola sekitar 25 meter dari petakan Nani.”Tunggu aja di dalam mas, mbak Nani sebentar lagi juga selesai” ujar nenek tetangga Nani.”Baik nek, tak tunggu disini aja” jawab warno dengan logat jawanya yang dihaluskan karena menghormati nenek.

Dengan perasaan galau warno menunggu Nani, tidak begitu lama warno menunggu terlihat Nani tergopong berjalan setengah berlari sambil menutupi bagian dadanya yang nampak tercetak dua bukit kembar karena Nani tidak menggunakan handuk melainkan menggunakan daster tidurnya yang telah tipis apalagi setengah basah kena air ketika ia mandi di MCK tadi.”Weh ada mas warno, ada apa mas tumben kesini, ada perlu sama aku” Nani nyerocos sambil tetap bejalan menuju pintu petakannya

”Ya.. mbak.. aku ada perlu nih” Nani menyuruh warno masuk kepetakannya, karena ia tidak enak bicara diluar, ia berpikir tidak mungkin mas warno pagi-pagi begini kepetakannya kalau tidak ada perlu apalagi Nani melihat wajah warno tampak sedih.”Ada apa Mas, sepertinya lagi sedih nih” tanya Nani”Aku butuh uang Mbak budeku dikampung sakit, beliau minta aku mengirim uang untuk biaya berobat”, mata warno tidak lepas dari cetakan dada yang amat jelas didada Nani.Dasar, wong lagi bingung kok matanya tetap ke ”susuku” pikir Nani.”Sakit apa” Nani mencoba menyakinkan, dengan tidak berusaha lagi menutupi cetakan susunya seperti tadi saat ini berlari dari MCK menuju petakannya.

Pikirnya toh mas warno sering juga menatapnya pada saat ini berdagang.”Saya nggak tau, tapi mereka meminta saya mengirim uang untuk berobat, mba boleh saya minta bayaran gerobak untuk bulan depan mbak” dengan setengah menunduk warno mengungkapkan maksudnya kepada Nani.”Mas warno butuh berapa” tanya Nani”Ya sejumlah bayaran upah saya aja, mba, 185 ribu” jawab warno dengan masih tetap menunduk.”Sebentar ya mas” Nani beranjak ke balik hordeng biliknya, entah apa yang akan dilakukan warno bertanya-tanya.Sejenak warno dapat menilik benda-benda yang ada di petakan Nani, sebuah termos, 2 buah gelas kaca yang sudah tidak bening lagi, sebuah kasur butut dan radio kecil serta sebuah changer hp masih menempel di stop kontak. 

Dan apa itu, sebuah BH dan celana dalam yang rendanya mulai terurai benangnya milik Nani tergantung di jemuran di dalam petakan, mungkin malu kalau di jemur di luar. warno mengenali BH tersebut karena sering digunakan oleh Nani.”Ini mas 200 ribu, aku buletin uangnya, sekalian aku membantu mas yang lagi ketimpa musibah, mudah-mudahnya bude Sakem cepat sembuh” suara Nani mengejutkan warno yang sedang browsing sekitaran petakan Nani.”Aduh terima kasih mbak” mata warno bersinar-sinar karena Nani berkenan menolongnya.”Uang ini saya titipkan pada Yanto, tukang ketoprak tetangga kampungku yang kebetulan nanti sore akan pulang kampung”. 


Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)